Gunung Sumbing merupakan gunung api yang terdapat di Jawa Tengah, Indonesia. Dengan ketinggian 3.371 mdpl, Gunung ini menjadi gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. Gunung ini secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo.
Bersama dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan Kota Temanggung dan Kota Wonosobo. Jalan ini biasa dikenal dengan nama Kledung Pass.
Letusan terakhir Gunung ini tercatat pada Tahun 1730, yang membentuk kubah lava ke arah bibir kawah terendah, dan membentuk sobekan ke arah Timur Laut seperti bentuk tapal kuda, sehingga masyarakat menyebutnya Gunung Sumbing dikarenakan bibir kawah atau kubah lava sobek atau sumbing.
Kalau pada tahun lalu kami mendaki Gunung Sindoro via Alang2 di Kota Wonosobo, kali inipun kami memulai pendakian dari Kota Wonosobo, yaitu via Garung. Dusun Garung terletak di Desa Butuh, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, dan sering disebut Jalur Garung. Jalur pendakian via Garung terdapat 2 jalur pendakian yaitu Jalur Lama dan Jalur Baru.
Kami berangkat dari Surabaya jam 9 pagi, langsung menuju base camp pendakian di Dusun Garung. Sampai sana sekitar jam 4 sore. Base camp Garung dikenal dengan nama Stick Pala. Setelah mendaftar dan pemeriksaan syarat2 pendakian oleh petugas base camp, kami mencoba beristirahat untuk pendakian nanti malam. Base camp ini memiliki ruang istirahat yang luas, beralaskan triplek tebal, dan toilet yang bersih di bagian belakangnya. Hujan mulai turun dan kami sedikit waswas kalau2 jalur pendakian akan licin karena hujan.
Sambil beristirahat, ngobrol2, dan mempersiapkan keperluan pendakian, hujan mulai mereda. Setelah makan malam…kami mencoba untuk tidur tapi gak bisa…karena memang bukan waktunya tidur haha. Ya sudahlah.
Base Camp – Pos 1 : Malim
Jam 11.45 malam kami memulai pendakian dari base camp menuju Pos 1 Malim. Jalurnya melalui rumah2 penduduk, dilanjutkan jalan makadam, jalan berbatu yang tertata rapi. Walaupun gelap kami bisa melihat bahwa kiri kanan jalan adalah ladang penduduk…dan baru kami lihat jelas waktu perjalanan pulang. Oya…kami sepakat untuk memulai pendakian via Garung Lama dan turunnya via Garung Baru. Garung Lama dan Garung Baru berpisah di Pos 1 Malim. Sebenarnya ada jasa ojek dari base camp ke pos 1, tetapi kami memilih jalan kaki sambil ngobrol ngalor ngidul. Base camp ke Malim berjarak 2,5 km, dan kami tempuh dalam waktu sekitar 1 jam.
Pos 1 Malim – Pos 2 : Genus
Karena kami akan melewati jalur lama, maka kami mengambil jalur ke arah kiri, menuju Pos 2 Genus (jalur baru ke arah kanan). Jalur dari Pos 1 ke Pos 2 Genus merupakan jalur tanah menanjak, kadang berbentuk undak2an, dengan pohon dan semak2 di kiri kanan. Beruntung sehabis hujan tanahnya lembab dan tidak licin. Malim ke Genus berjarak 1 km yang kami tempuh dalam waktu sekitar 1 jam.
Pos 2 Genus – Pos 3 Pestan
Jalur pendakian ke Pos 3 Pestan masih merupakan jalan tanah yang semakin menanjak. Kami terus mendaki di kegelapan malam, hanya sebatas sinar dari senter di kepala kami. Sebelum sampai di Pestan, kami melewati Camp Area Seduplak Roto. Di sini biasanya para pendaki mendirikan tenda untuk beristirahat atau bermalam sebelum menuju puncak. Kami sampai di Pos Pestan sekitar 1,5 jam. Jarak Genus ke Pestan sekitar 1,1 km.
Pos 3 Pestan – Pos 4 Batu Kotak
Pendakian dari Pos 3 ke Batu Kotak merupakan jalur pendakian berbatu. Dan menurut kami ini adalah jalur tersulit dan melelahkan. Karena jalannya terjal dan harus berhati2 karena kadang batunya bergerak saat dipijak. Saking banyaknya batu…ada satu tempat di jalur ini yang dinamakan Pasar Watu.
Night view from Pasar Watu
Jalur pendakian ke Pos Batu Kotak merupakan jalur terbuka, sehingga kami bisa melihat semarak lampu2 rumah penduduk di kejauhan ketika kami menoleh ke belakang. Satu kata…indaah. Kami melewati saat matahari terbit di jalur ini. Dua kata…luar biasaa!!
Saat matahari terbit…menoleh ke belakang, pemandangan yang luar biasa terpampang di hadapan kami. Itu Gunung Sindoro berdiri megah di kejauhan. Dan tahun lalu kami berada di puncaknya. Banyak waktu kami habiskan di sini, untuk berpoto dan menikmati keindahan alam ini. Akhirnya kami sampai juga di Pos 4 Batu Kotak sekitar jam 6 pagi. Jarak Pestan ke Batu Kotak sebenarnya sekitar 800 meter…tapi kami tempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.
Pos 4 Batu Kotak – Puncak Batu Singa
Pendakian kami lanjutkan menuju Puncak Batu Singa di ketinggian 3310 mdpl. Jalan menuju puncak berupa jalur bebatuan yang terjal, tapi tidak seperti di pasar watu, di jalur ini masih ada pepohonan kecil di kanan kirinya. Jujur…Puncak Batu Singa ini merupakan ‘tempat wisata’ gunung yang sudah lama ingin kami kunjungi, karena keunikannya. Jarak Batu Kotak ke Puncak Singa sekitar 700 meter…dan kami tiba di Puncak Batu Singa sekitar jam 7.45 pagi. Jadi total pendakian dari base camp total sekitar 8 jam.
A dream come true
Puncak Gunung Sumbing
Gunung Sumbing memiliki beberapa puncak…dan salah satunya adalah Puncak Batu Singa. Kami bergeser turun ke arah kanan Batu Singa, kemudian naik ke Puncak Kekawah di ketinggian 3305 mdpl.
Puncak Kekawah
Dari Puncak Kekawah ini kita dapat melihat ke arah lapangan kawah di bawah sana. Saya sebut lapangan karena terlihat luas…dan katanya kita bisa turun ke sana. Tapi kami memutuskan tidak turun.
Lapangan Kawah
Dari Puncak Kekawah kami lanjut ke Puncak Sejati. Untuk naik ke Puncak Sejati jalurnya agak sulit karena harus merayap menggunakan tali tambang. Setelah bersusah payah dan sedikit waswas…akhirnya kami sampai di Puncak Sejati di ketinggian 3.371 mdpl, menurut papan yang tertulis di sana.
Puncak Sejati
Sebenarnya masih ada 1 puncak lagi yang bernama Puncak Rajawali di sebelah kanan Puncak Sejati. Tapi dengan beberapa pertimbangan…jam sudah menunjukkan pukul 10, fisik yang lelah, dan terlihat Puncak Rajawali tertutup kabut, kami memutuskan untuk menyudahi pendakian, dan bergegas turun.
Puncak Sumbing – Jalur Baru menuju Base Camp
Alasan kami turun lewat jalur baru karena jalurnya yang lebih bersahabat walaupun lebih panjang daripada jalur lama. Jalur lama memiliki panjang lintasan sekitar 6,1 km sedangkan jalur baru sekitar 8,5 km. Jalur lama tidak ada mata air, sedangkan jalur baru terdapat beberapa mata air. Saat turun dari Puncak kami sudah kehilangan minat untuk poto2. Pos demi pos kami lewati begitu saja. Mulai Pos 4 Kijang Rancak, Pos 3 Sebogo, Pos 2 Mbaon, dan Pos 1 Malim. Sampai di Pos 1 Malim jam 1.17 siang. Ternyata di Pos 1 ini baru terlihat ada pangkalan ojeknya. Kami jalan terus kembali ke Base camp melalui jalan makadam. Kami pakai jas hujan karena hujan mulai turun…kami semakin bergegas. Makin deras…dan akhirnya sampai kembali di Base camp Stick Pala (Satuan Tugas Bocah2 Karang Taruna Pecinta Alam) sekitar 1 jam kemudian. Total perjalanan turun dari puncak kami tempuh dalam waktu sekitar 4 jam. Total PP Base Camp Garung – Puncak Sumbing sekitar 14 jam. Thanks God.
Karena pendakian dilakukan malam hari, dan ketika turun kami tidak sempat poto2. Maka perjalanan detailnya dapat diikuti di Channel Youtube kami : Tentang Alam
Sampai di sini dulu yah sobat Pergi2terus.com. sampai jumpa di adepencer berikutnya. Salam Pergi2terus.