Gunung Sindoro merupakan salah satu gunung vulkano aktif yang terletak di Jawa Tengah. Gunung ini berada di sebelah barat Kota Temanggung dan sebelah timur laut Kota Wonosobo, dengan ketinggian 3.136 mdpl. Berdiri megah berdampingan dengan Gunung Sumbing, masyarakat di sekitar daerah itu menyebut Sindoro-Sumbing sebagai gunung kembar.
Sebenarnya sudah lama kami merencanakan pendakian ini, tapi karena terdampak pandemi terpaksa kami harus menundanya. Dan baru terwujud di penghujung bulan ini. Ada beberapa jalur pendakian untuk menuju Puncak Sindoro. Jalur Kledung, Jalur Alang Alang Sewu, Jalur Ndoro Arum, Jalur Bansari, Jalur Sigedang, dan Jalur Bedakah. Adapun alasan kami memilih Jalur Alang Alang Sewu, karena petugas basecamp ini yang dapat kami hubungi, ramah dan tanggap sekali. Basecamp Alang Alang Sewu berada di dusun Anggrukgondok, Kec.Kertek, Kab.Wonosobo…bernama Pajero Sindoro.
Kami berangkat dari Surabaya sekitar jam 6 sore, langsung menuju Basecamp Alang Alang Sewu, dan tiba sekitar jam 12 malam. Setelah mendaftar sesuai syarat2 yang telah ditentukan, mempersiapkan semua perlengkapan pendakian, kami memulai pendakian sekitar jam 1 dinihari. Kami memang tidak berencana kemping di gunung ini, tapi langsung turun lagi setelah mencapai puncak.
Basecamp Alang Alang Sewu
Basecamp – Pos 1 Puteran
Perjalanan dari Basecamp menuju Pos 1 sedikit menanjak, melewati rumah2 penduduk dan ladang2 penduduk. Jalur pendakian berupa batu2 yang tersusun rapi. oleh karenanya jalur ini bisa ditempuh dengan menggunakan ojek sekitar 15 menit. Kami memilih untuk berjalan kaki di kegelapan dengan menggunakan senter kepala (headlamp). Sambil gedabrus ngobrol ngalor ngidul, perjalanan sekitar 1 jam jadi tidak terasa. Karena pendakian di kegelapan malam, maka kami baru bisa menikmati pemandangan ladang2 penduduk saat perjalan kembali ke basecamp.
View ladang penduduk
Pos 1 – Pos 2 Mbaon
Pendakian dari pos 1 menuju pos 2 mulai sedikit menanjak. Melewati jalan tanah dan undak-undakan seperti tangga yang dibatasi kayu pada ujung2 anak tangganya. Sebatas cahaya senter, kiri kanan perjalanan kami berupa alang2 dan pepohonan. Sekitar 1 jam perjalanan kami tiba di Pos 2. Hari masih gelap.
Pos 2 Mbaon
Pos 2 – Pos 3 Sunrise Hunter
Pendakian dari Pos 2 ke Pos 3 masih kami lalui dalam kegelapan, Jalan semakin menanjak, tanah dengan undak2an tangga kayu. Kiri kanan pepohonan. Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 memakan waktu sekitar 1,5 jam. Kami tiba di Pos 3 sekitar jam 4.15 pagi. Pos 3 ini merupakan dataran luas yang memang digunakan sebagai area kemping. Sangat cocok dijadikan area kemping karena pemandangan di belakangnya adalah kemegahan Gunung Sumbing. Dan sesuai dengan namanya Sunrise Hunter, ini merupakan titik yang paling tepat untuk menikmati matahari terbit.
Kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian ke Pos 4, dengan pertimbangan hari masih gelap, dan berdasarkan perkiraan kami bisa tiba di Pos 4 saat matahari terbit. Tetapi takdir berkata lain. Kami salah ambil jalur saat menuju Pos 4, dan tidak menemukan jalur pendakian yang seharusnya. Karena menyadari jalur yang kami ambil keliru, kami memutuskan untuk kembali ke Pos 3. Dan setiba kembali di Pos 3, langit mulai berwarna jingga, yang berarti sebentar lagi matahari akan keluar dari peraduannya. Kami memutuskan untuk menikmati saat matahari terbit di sini. Dan tidak salah…sangat indah. Saat matahari terbit dengan bayang2 kemegahan Gunung Sumbing sangat menakjubkan.
Sunrise at Camp 3
Pos 3 – Pos 4 Labyrinth Stone
Setelah puas menikmati keindahan matahari terbit, dan hari sudah mulai terang, kami melanjutkan pendakian menuju Pos 4. Jalur sudah mulai terbuka, perjalanan semakin menanjak, kaki mulai semakin lelah. Tetapi pemandangan semakin indah. Kalau kita menoleh ke belakang akan terlihat Gunung Sumbing yang besar di kejauhan.
Sambil berpoto2…kami melanjutkan pendakian. Akhirnya sampai di Pos 4, dengan waktu pendakian sekitar 1,5 jam.
Pos 4
Pos 4 – Puncak Sindoro
Yaaa…kami mulai menapaki tahap akhir pendakian dari Pos 4 menuju Puncak Sindoro. Inilah jalur pendakian yang sebenarnya. Di saat kaki pegel dan capek, badan letih, kepala sedikit nggeliyeng karena kurang tidur, dan sinar matahari semakin menyengat. Semakin dekat dengan puncak, jalur pendakian berupa medan berbatu2. Jadi kami harus berhati2 agar tidak terpeleset karena batu2 yang kita pijak kadang bergerak.
Puncak Sindoro
Semakin dekat dengan puncak…bau belerang semakin menyengat, dan mata terasa perih terkena terpaan sedikit asapnya. Kami terus mendaki sampai tiba di tempat sang merah putih berkibar, dan papan yang bertuliskan Puncak Sindoro – 3.153 mdpl – Latar Ombo. Jadi ketinggian sebenarnya berapa yah…3.136 mdpl atau 3.153 mdpl? Whatever lah yah haha.
Puncak Sindoro
Di belakang papan puncak terbentang luas kawah khas gunung berapi yang mengeluarkan asap, di mana bau belerang berasal. Pendakian dari Pos 4 menuju puncak memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Kami tiba di puncak sekitar jam 8 pagi. Jika ditotal jam pendakian kami dari basecamp bawah…sekitar 7 jam.
Setelah puas berpoto…kami memutuskan kembali turun. Karena panas matahari semakin menyengat, dan bau asap belerang juga semakin tajam menyengat hidung dan mata.
Perjalanan turun bukan perjalanan yang mudah. Harus lebih hati2, jangan sampai tergelincir. Perjalanan turun sampai basecamp kami tempuh dalam waktu sekitar 5 jam perjalanan. Sekitar jam 2 sore kami tiba di basecamp. Setelah lapor di pos pendaftaran, kami segera menuju hotel yang telah kami booking dari Surabaya, yaitu Hotel Dieng Kledung Pass. Hotel yang terletak di antara Gunung Sindoro dan Sumbing.
Sampai jumpa lagi di pendakian berikutnya…Sobat Gunung…salam.