Holaa sobat gunung…kali ini kami akan membagikan cerita pendakian ke Gunung Lawu via Babar. Jalur yang relatif jarang disebut dan dikenal orang banyak.

Gunung Lawu merupakan salah satu gunung berapi aktif yang ada di perbatasan Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah dan Kabupaten Ngawi dan Magetan di Jawa Timur. Dengan ketinggian 3,265 mdpl, menjadikan gunung ini masuk dalam jajaran tujuh gunung tertinggi di Pulau Jawa atau 7 Summit of Java.
Ada beberapa fakta menarik tentang Gunung Lawu, yang kami pelajari sebelum memulai pendakian. Antara lain bahwa gunung ini memiliki 3 puncak yang bisa didaki, yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah sebagai puncak tertingginya yang ditandai dengan keberadaan tugu triangulasi. Hal lain yang menarik adalah banyaknya warung yang menyuguhkan menu makanan dan minuman bagi pendaki di Hargo Dalem. Menjadikan ini sebagai salah satu ikon, karena hanya Gunung Lawu yang memiliki warung tertinggi di Indonesia.
Kalau berbicara mengenai jalur pendakian, ada 6 jalur pendakian yaitu melalui Cemoro Kandang, Cemoro Sewu, Tambak, Candi Cetho, Singolangu, dan Babar. Jalur pendakian tertua adalah melalui Jalur Singolangu, yang diyakini sebagai rute napak tilas Prabu Brawijaya V, sehingga tak heran jika para pendaki bisa menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V.
Meskipun tercatat sebagai gunung berapi aktif, tidak ada aktivitas vulkanik yang mencolok, selain terlihatnya kepulan asap gas belerang yang keluar dari Kawah Candradimuka. Keberadaan kawah inilah yang menandakan bahwa gunung ini masih aktif. Untuk menuju kawah ini para pendaki harus melalui Jalur Cemoro Kandang. Tapi banyak yang belum tahu lokasi tepatnya karena tersembunyi dan tidak mudah untuk menuju ke sana.
Baiklah…sekarang kita mulai kisah pendakian ke Gunung Lawu via Babar.
Seperti biasa, kami berangkat dari Surabaya malam hari. Dan sampai di Basecamp Gentar, nama basecamp jalur Babar, yang dikelola oleh Bpk. Jayadi, sekitar jam 2.30 dinihari. Sebelum berangkat kami sudah janjian dulu dengan beliau, sehingga tiba di sana kami sudah ditunggu. Setelah mengurus registrasi dan perijinan, kamipun memulai pendakian.
Dari basecamp Gentar jam 3.17, kami naik ojek ke Gong Perdamaian, yang berjarak sekitar 10 menit saja. Gong Perdamaian adalah gong besar yang digantung di tengah dataran luas yang menjadi pintu utk memulai pendakian.

Kami bergantian memukul gong sebagai syarat memulai pendakian dan kembali dengan selamat sampai di tempat ini lagi.
Pos 1 : Ompak2
Start pendakian jam 3.37…kami mulai menyusuri jalan tanah setapak, dengan alang2 di kiri kanan jalan. Jarang pohon besar dan masih landai. Jam 3.49 kami sudah tiba di Pos 1.
Pos 2 : Krenyo
Jalur pendakian ke Pos 2 masih sama, jalan tanah setapak dengan kiri kanan alang2. Hanya saja mulai terasa nanjaknya. Jam 4.18 kami tiba di Pos 2. Tidak ada yang bisa dilihat dan diceritakan karena hari masih gelap.
Pos 3 : Macanan
Kami melanjutkan pendakian ke Pos 3, jalur pendakian mulai semakin menanjak. Di kiri kanan didominasi dengan pohon2 kecil berbunga putih. Cantik. Di tengah perjalanan ini kami melihat langit di ufuk timur mulai memerah. Menandakan sebentar lagi sang surya akan menyapa. Kami tiba di Pos 3 jam 5.08, saat matahari mulai merekah dengan cahaya keemasan.

Di Pos 3 ini ada mata air, dan ini satu2nya mata air di jalur pendakian ini. Jadi kita bisa mengisi persediaan air di sini.
Pos 4 : PHP
Sampai sekarang kami tidak tahu mengapa pos ini dinamakan PHP. Yang pasti jalur menuju Pos 4 gak PHP, karena benar2 menyenangkan. Banyak sekali Bunga Edelweis yang mulai bermekaran. Selama pendakian ke gunung lainnya, jarang kami menemukan Bunga Edelweis sebanyak ini.

Dan yang tak kalah indahmya, dari sini kita bisa melihat puncak Gunung Merbabu dan Merapi di kejauhan. Jam 6,19 kami tiba di Pos 4. Dan matahari sudah menerangi jalur pendakian berikutnya.
Pos 5 : Bulak Peperangan
Sementara sinar matahari mulai menghangat…kami meneruskan perjalanan menuju Pos 5. Jalur menuju Pos 5 merupakan jalan tanah yang terbuka dengan pohon cemara yang tinggi2.

Kemudian melintasi sabana sebelum akhirnya ada pertemuan antara Jalur Babar dan Jalur Cetho. Kami tiba di Pos 5 jam 7.56. Ada satu warung tapi karena masih pagi, warungnya masih tutup. Karena perut sudah keroncongan dan waktunya sarapan, kami membuka bekal dan makan pagi di sini.

Di Pos 5 ini juga ada tugu batas yang menandai perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Gupakan Menjangan
Selesai sarapan…kami melanjutkan perjalanan menuju Gupakan Menjangan. Gupakan Menjangan merupakan sabana yang luas, dengan pemandangan alamnya yang indah. Dinamakan Gupakan Menjangan karena di sini merupakan kawasan rusa liar yang hidup di kawasan Gunung Lawu. Dan jika beruntung…kemungkinan kita bisa menyaksikan sekawanan rusa menjangan yang sedang mencari makan di sekitar bukit.
Karena merupakan sabana yang luas, seringkali tempat ini juga menjadi area perkemahan para pendaki. Kami juga mendapati beberapa tenda para pendaki yang didirikan di sana. Dari padang rumput yang luas ini, kita juga bisa melihat dengan jelas Puncak Gunung Lawu di kejauhan.

Pasar Dieng
Jalur pendakian meninggalkan Gupakan Menjangan merupakan tanjakan tipis tapi sangat panjang dan melelahkan. Mulai banyak berpapasan dengan pendaki yang baru turun dari puncak. Mendekati Pasar Dieng tanjakan mulai terjal dan berbatu. Melihat tanaman2 yang tumbuh di sana sepintas mengingatkan kami akan taman dewa pada saat ke Gunung Welirang (Pendakian Gunung Welirang).

Jam 9.42 kami tiba di Pasar Dieng. Berupa dataran luas yang dipenuhi bebatuan. Di sini ada papan larangan yang bertuliskan “Dilarang menata ulang atau memindahkan bebatuan karena mengandung unsur cagar budaya”. Mistisnya adalah karena batu2 yang berserakan tersebut konon katanya adalah barang dagangan para makhluk astral. Oleh karena itu tempat ini juga biasa disebut Pasar Setan. Jadi sebaiknya kita tidak perlu usil. Dari sini kita sudah bisa melihat Bendera Merah Putih yang menandai bahwa kami sudah dekat Puncak Hargo Dalem.
Puncak Hargo Dalem
Menuju ke Puncak Hargo Dalem seingat saya ada 3 kali naik anak tangga.

Sesampainya di sana kami melihat banyak warung makan dan minum, sehingga para pendaki bisa beristirahat sambil mengisi perut di sini. Dan salah satu warung yang paling legendaris adalah Warung Mbok Yem. Persis jam 9.59 kami sampai di Hargo Dalem.

Puncak Lawu : Hargo Dumilah
Kami tidak beristirahat di Hargo Dalem, tapi melanjutkan pendakian ke Puncak Lawu yang tidak jauh lagi. Jalan menuju puncak berupa jalan tanah berbatu berdebu yang terus menanjak. Jam 10.20 kami tiba di Puncak Lawu. Ditandai dengan tugu batu yang bertuliskan Puncak Lawu Hargo Dumilah 3.265 mdpl. Dengan Bendera Merah Putih yang bekibar di sampingnya.

Setelah puas berpoto di sekitaran tugu, sebelum turun kami menyempatkan ke Geger Boyo yang letaknya tidak jauh dari puncak. Dinamakan Geger Boyo karena sepintas dari kejauhan memang terlihat seperti punggungnya buaya.

Perjalanan Kembali ke Basecamp
Jam 11.19 kami memutuskan mengakhiri pendakian dan kembali ke basecamp. Tapi karena waktunya makan siang, kami mampir di satu warung di Hargo Dalem. Warung Pak Jenggot namanya. Bapak yang jualan memang berjenggot sih, jadi cocok dengan nama warungnya. Di sini kami makan Nasi Soto Ayam. Harganya 25 ribu per porsi. Cukup murah kalo mengingat bisa makan soto ayam seenak ini di ketinggian 3.150 mdpl.

Selesai makan siang…jam 12.15 kami bergegas turun, karena khawatir kemalaman di perjalanan. Pos demi pos kami lewati dengan cepat, gak niat poto2 lagi. Dan syukur kepada Tuhan, perjalanan turun berjalan lancar, Jam 14.40 kami sudah tiba kembali di Gong Perdamaian.
Kami akhiri dulu adepencer kami ke Gunung Lawu via Babar. Sampai jumpa di kisah perjalanan kami berikutnya. Salam sehat selalu buat semua sobat gunung.