Hai sobat alam….salam sehat selalu 😄🙌🏽. Kali ini kami ingin bercerita kisah pendakian ke Gunung Raung. Sebelumnya kita kenali dulu informasi seputar Gunung Raung yah.

Gunung Raung merupakan gunung berapi aktif yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Secara administratif masuk dalam wilayah tiga kabupaten, Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Dengan ketinggian 3.344 mdpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur, dan tertinggi keempat di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru (Mahameru : Puncak Tertinggi Pulau Jawa) , Gunung Slamet, dan Gunung Arjuno.
Ada beberapa fakta menarik seputar Gunung Raung ini. Gunung ini memiliki kawah gunung terbesar di Pulau Jawa, lebih dari 2 km, dan terbesar kedua setelah Gunung Tambora di NTB. Raung artinya mengaum dengan keras, mengacu pada kebisingan yang dikeluarkan gunung berapi selama letusan. Fakta lainnya, rute ke puncak gunung ini terbilang cukup berbahaya sehingga membutuhkan pemandu untuk sampai ke puncaknya.

Jalur pendakian Gunung Raung ada 4, yaitu Jalur Kalibaru, di Dusun Wonorejo Banyuwangi. Jalur Sumber Wringin, berlokasi di Bondowoso. Jalur Glenmore, jalur nerakanya Gunung Raung yang dibuka Mapala UI tahun 2004. Dan Jalur Jambewangi, jalur yang terbaru dan masih jarang dijamah para pendaki.
Yuuk…kita mulai saja kisah pendakian Keong Gunung ke Puncak Raung.
Pendakian Hari Pertama
Berangkat jam 10 malam dari Surabaya, kami tiba di Basecamp Bu Soeto sekitar jam 3 dinihari. Oya… untuk keperluan pendakian, seperti simaksi, peralatan pendakian, pemandu, porter, dan lainnya kami koordinasikan sebelum keberangkatan dengan pengurus Basecamp Bu Soeto. Jadi begitu sampai basecamp kami langsung bisa beristirahat sebelum memulai pendakian.
Kami memilih jalur pendakian via Kalibaru, dengan pertimbangan jalur paling populer, dan bisa mencapai semua puncak Gunung Raung, Puncak Bendera, Puncak 17, Puncak Tusuk Gigi, dan Puncak Sejati. Namun sekarang Puncak 17 tidak diijinkan untuk didaki karena rawan longsor.
Jam 6 pagi kami mulai bersiap2, sarapan yang sudah disiapkan di Warung Bu Soeto. Kemudian naik ojek ke balai untuk mendengarkan pengarahan dari pengurus pendakian via Kalibaru. Penjelasan tentang Jalur, dan apa saja yang harus diperhatikan selama pendakian.
Selesai briefing kami naik ojek lagi sekitar setengah jam ke Camp Warung, sebagai titik awal pendakian. Melewati perkebunan kopi yang berjarak sekitar 7 km dari basecamp.

Jam 8.20 kami memulai pendakian. Dan 10 menit kemudian kami tiba di Camp 1, di ketinggian 1.177 mdpl. Lanjut ke Camp 2 yang berjarak 1,6 km ditempuh dalam waktu 1 jam. Setelah istirahat sebentar, lanjut lagi ke Camp 3 yg berjarak 1,4 km ditempuh dalam waktu 45 menit. Jalur ke Camp 2 dan Camp 3 masih relatif landai, berupa jalan tanah setapak dengan pepohonan di kanan kiri. Vegetasi sepanjang jalur pendakian sangat beragam, tidak didominasi oleh satu jenis tanaman saja.
Menuju ke Camp 4, tanjakan semakin terjal, rute tanah dihiasi akar2 pohon, dengan pohon2 besar di kanan kiri. Berjarak 1,3 km ditempuh 1 jam. Sekitar jam 11.15 kami sampai di Camp 4. Kami memutuskan untuk membuka bekal makan siang kami, sebelum melanjutkan pendakian yang semakin terjal dan menantang.

Setengah jam kemudian kami mulai jalan lagi menuju Camp 5. Tanjakannya semakin ekstrim, dan mulai menggunakan tali temali yang sudah terpasang di sepanjang rute yang terjal dan licin. Berjarak 1,7 km ditempuh dalam waktu 50 menit kami sampai di Camp 5.

Dari Camp 5 ke Camp 6 berjarak 0,9 km, medannya masih sama, jalan tanah akar2an menanjak dengan menggunakan tali temali. Pohon2 di sekitarnya gede2 banget. Sekitar 40 menit kami sampai di Camp 6. Lanjut ke Camp 7, melewati Camp Bayangan 1 dan 2. Dinamakan bayangan karena di sini ada tanah datar cukup luas bisa untuk mendirikan tenda.

Akhirnya jam 2.12 siang kami sampai di Camp 7, di ketinggian 2.552 mdpl. Di sini lah para pendaki beristirahat mendirikan tenda sebelum melanjutkan pendakian menuju Puncak Sejati Gunung Raung. Total pendakian dari Camp Warung ke Camp 7 kurang lebih 6 jam. Kami pun mendirikan tenda, beristirahat, sambil menunggu saat matahari terbenam.
Sunset sore ini benar2 sempurna, terlihat lautan awan yang luas dan sang surya mulai tenggelam meninggalkan cahaya jingga keemasan. Terlihat puncak Gunung Semeru dan Argopuro di kejauhan. Luar biasa indahnya…😍

Selesai menikmati sunset, kami kembali ke tenda, menyiapkan makan malam, dan beristirahat, mencoba untuk tidur.

Pendakian Hari Kedua
Hari ini pendakian ke Puncak Raung dimulai. Setelah cukup beristirahat, jam 1.05 dinihari kami memulai pendakian di kegelapan malam dengan menggunakan headlamp ke Camp 8. Berjarak 0,6 km, kami sampai di Camp 8 sekitar 1 jam. Lanjut ke Camp 9, yang berjarak 0,4 km, kami tempuh dalam waktu 50 menit.
Di Camp 9 kami beristirahat, dan memakai semua peralatan pengaman pendakian seperti harness, carabiner, figure 8, dan helm climbing. Kemudian melanjutkan pendakian ke Puncak Bendera, yang berjarak 200 meter saja. Jam 3.27 kami tiba di Puncak Bendera di ketinggian 3.159 mdpl. Hari masih gelap dan tidak ada yang bisa dilakukan selain melanjutkan pendakian.

Selesai berdoa, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Puncak Sejati Gunung Raung. Perjalanan menuju Puncak melewati rute yang benar2 ekstrim. Kami harus melewati jalur yang dinamakan Ekstrim 1, 2, dan 3 berupa panjat tebing dan berjalan menyusuri bibir jurang. Di sini peralatan pengaman dipakai, dibantu oleh guide. Sehingga ‘kengerian’ kami sedikit berkurang, dan merasa aman.
Setelah melewati Ekstrim 1, 2, dan 3, kami harus menyeberang melalui jalur yang dinamakan Jembatan Sirotol Mustaqim. Berupa jalur berpasir selebar sekitar 1 meter dengan jurang di kanan kirinya. Kami cuma fokus melihat ke depan, memperhatikan jalan setapak di depan kami, sebatas cahaya headlamp.

Jalur Ekstrim belum berakhir, masih ada jalur Ekstrim ke-4, berupa turunan terjal yang sempit menggunakan tali. Kembali peralatan pengaman dipasangkan ke tali untuk turun.
Sinar mentari pagi mulai berwarna jingga ketika kami selesai menuruni jalur Ekstrim 4. Kami melanjutkan perjalanan. Jalur bebatuan yang terus menanjak sangat terjal. Kami melewati matahari terbit di jalur ini. Kehangatan matahari terbit yang kami rindukan sepanjang perjalanan. Mulai terlihat Puncak Tusuk Gigi di kejauhan, dan kami sedang menuju ke sana.

Jam 5.56 kami sampai di Puncak Tusuk Gigi. Tapi kami meneruskan pendakian menuju ke Puncak Sejati, yang hanya berjarak 200 meter lagi. Tepat jam 6.05 kami sampai di Puncak Sejati Gunung Raung, di ketinggian 3.344 mdpl. Total pendakian dari Camp 7 sampai ke Puncak Sejati sekitar 5 jam.
Puncak Sejati ditandai plakat permanen dan Bendera Merah Putih. Terlihat jelas Kawah Gunung Raung yang masih mengepulkan asap di bawah sana. Kaldera terbesar ke-2 setelah Gunung Tambora di NTB.

Setelah puas menikmati keindahan dan keunikan pemandangan Puncak Sejati, kami turun lagi menuju ke Puncak Tusuk Gigi. Dinamakan tusuk gigi, karena ternyata bebatuan di sana menyerupai tusuk gigi raksasa, langsing, tinggi, dan lancip.
Jam 7.10 kami menyudahi pendakian untuk kembali ke perkemahan kami di Camp 7. Kembali melewati jalur Ekstrim 4, Jembatan Sirotol Mustaqim, Ekstrim 3, 2, dan 1 sebelum akhirnya sampai kembali di Puncak Bendera.
Baru terlihat jelas sekarang jalur yang dinamakan Jembatan Sirotol Mustaqim. Jalur sempit berpasir dengan kanan kiri jurang. Cuma bisa dilalui pendaki satu persatu, sulit kalau harus berpapasan. Dan memang sudah diatur supaya tidak berpapasan dengan pendaki lainnya. Dan semalam kami melaluinya di dalam kegelapan. Gak sempet ketar ketir seperti saat berjalan kembalinya, karena sekarang terlihat jelas 😂

Sesampai di Puncak Bendera, kami mengabadikannya dengan berpoto berlatar belakang Puncak Tusuk Gigi dan Puncak Sejati, sebelum turun ke Camp 7.

Sampai di Camp 7 sekitar jam 9.40 kami masak untuk makan siang. Kemudian beres2 untuk segera kembali ke Camp Warung. Sekitar jam 11 kami mulai turun, supaya sampai basecamp sebelum gelap.
Perjalanan turun diiringi dengan hujan rintik2. Tapi tidak sampai membuat jalan menjadi licin. Malah jadi sedikit sejuk.
Sekitar jam 16.30 kami sampai di Camp Warung. Terus naik ojek lagi sampai ke Basecamp Bu Soeto.
Syukur kepada Tuhan untuk penyertaan-Nya dari awal sampai akhir pendakian yang menegangkan ini. Selama saya mendaki gunung, saya merasa ini pendakian yang benar2 ekstrim.
Sobat Alam…sampai di sini dulu yah kisah pendakian kami ke Gunung Raung. Sampai jumpa di seri petualangan kami selanjutnya.

Salam anak gunung… 😄🙌🏽