Mimpipun rasanya belum pernah untuk ikut ajang trail ultramarathon di Lombok yang berlabel Rinjani 100. Dan akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti race ini dengan satu tujuan, yaitu mencapai Puncak Rinjani. Karena saya pernah ke Gunung Rinjani, tetapi tidak sampai ke puncaknya. Bisa dibaca pada tulisan saya sebelumnya Gunung Cantik Bernama Rinjani
Puncak Rinjani
Sebelumnya yuk kita berkenalan dengan Rinjani 100. Rinjani 100 merupakan salah satu ajang trail race bergengsi di tanah air. Penggagasnya adalah Hendra Wijaya, seorang ultra trail kawakan Indonesia. Race ini banyak menarik minat pelari trail dari dalam dan luar negeri, karena walaupun rutenya terkenal berat tapi menawarkan banyak keunggulan, seperti point UTMB (Ultra Trail du Mont Blanc). UTMB adalah trail race yang diadakan di Chamonix, Perancis. Lomba pelari trail kelas dunia dengan jarak 171 km, pada ketinggian 10.000 meter, dan Waktu Tempuh Maksimal (Cut Of Time) 46 jam 30 menit. UTMB menerapkan sistem kualifikasi berdasarkan poin, yang didapat dari berbagai trail race di seluruh dunia. Salah satunya adalah Rinjani 100, yang memfasilitasi perolehan poin UTMB tanpa harus berlomba ke luar negeri.
Keunggulan lainnya adalah race ini memperkenalkan satu trek di kawasan taman nasional dan gunung berapi dengan berbagai variasi medan, mulai dari savana, hutan, kebun, perbukitan, area berpasir, sampai puncak gunung, dan sudah terbukti sangat bagus dan menantang.
Keunggulan lainnya? Nah yang ini yang menjadi pemberat pertimbangan saya untuk mengikuti race ini. Keindahan panorama Gunung Rinjani sangat dikenal oleh para pecinta alam dan pendaki gunung. Puncak Gunung yang mempesona dan Danau Segara Anak yang indah, menawarkan tujuan wisata yang dapat dikunjungi sambil sekalian berolah raga.
Rinjani 100 dibagi dalam 4 kategori, yaitu kategori 27KM dengan COT 9 jam (2 pts UTMB), kategori 36KM dengan COT 15 jam (2 pts UTMB), kategori 75KM dengan COT 25 jam (5 pts UTMB), dan kategori 117,7KM dengan COT 40 jam (6 pts UTMB). Untuk info yang lebih lengkap bisa dilihat di https://www.rinjani100.com
Saya memutuskan untuk ikut kategori 36KM, dengan pertimbangan kategori ini sudah mencapai Puncak Rinjani. Bukan persoalan mudah pada awalnya untuk memutuskan race ini. Tapi keinginan untuk sampai ke Puncak Rinjani sudah ke ubun2, dan ini satu kesempatan yang sangat baik untuk mewujudkannya. Seorang teman saya bilang, kapan lagi ke Puncak Rinjani tanpa harus “nggembol kulkas”, maksudnya gak perlu bawa ransel atau apapun itu yang memberatkan perjalanan. Walaupun ketar ketir apakah sanggup mengikuti race ini sampai finish, akhirnya saya daftar juga. Dalam nama Tuhan, semoga dimampukan…begitu doa saya, saat klik registrasi.
Kategori 36KM…dimulai jam 23.30, start dari Desa Sembalun di ketinggian 1.160 mdpl, ke Sembalun Plawangan berjarak 13,5 km di ketinggian 2.638 mdpl, kemudian ke Puncak Rinjani persis berjarak 18 km dengan ketinggian 3.726 mdpl. Kemudian kembali ke Sembalun Plawangan, dan finish kembali di Desa Sembalun. Dengan COT 15 jam berarti saya harus finish maksimal jam 14.30 esok harinya. Oya… ada satu lagi tantangan yang berat yaitu saya COT puncak 10 jam, maksudnya salah satu syarat untuk finish dapat medali, harus sampai Puncak Rinjani sebelum jam 09.30.
Kami tiba di Bandara Internasional Lombok pagi hari, dan langsung menuju ke tempat race untuk pendaftaran ulang, pemeriksaan kelengkapan race, pengambilan nomer race (Bib), dan gelang tangan yang ada chip-nya untuk mendeteksi lokasi peserta saat race. Kelengkapan wajib yang harus dibawa adalah hydration bag kapasitas min. 1,5 ltr, headlamp dengan baterai cadangan, emergency blanket, peluit, obat2an, handphone dan peta race. Perlengkapan lain yang diperlukan, karena race di pegunungan, sangat disarankan membawa jaket, sarung tangan, penutup kepala, jas hujan/raincoat, buff, dan trekking pole.
Poto setelah registrasi ulang
Setelah selesai registrasi ulang dan mendapatkan Bib, kami langsung ke penginapan yang letaknya tidak jauh dari lokasi start. Dan berusaha untuk beristirahat dan memulihkan tenaga, karena hari itu juga jam 23.30, race untuk kategori 36KM dimulai.
Di halaman penginapan berlatar belakang Rinjani
Saat lomba pun dimulai
Sekitar jam 23.00 kami sudah berada di lokasi start. Gelang tangan chip dicek sekali lagi untuk memastikan fungsinya berjalan baik. Ada hal yang tak terduga…kurang 10 menit start, headlamp saya terjatuh dan tidak bisa nyala. Panik. Untunglah teman saya bawa 1 headlamp cadangan, walaupun kecil tapi ok lah daripada tidak ada sama sekali. Sedikit lega. Setelah berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya…tepat jam 23.30, kategori race 36KM dilepas. Para peserta berjalan cepat di kegelapan dengan hanya diterangi headlamp di kepala masing2.
Cukup kesulitan tanpa headlamp yang memadai. Akhirnya saya berlari mengikuti peserta lain yang headlampnya lebih terang. Lumayan membantu. Tapi kadang tertinggal karena mereka lebih cepat, dan saya terpaksa memakai headlamp kecil, dan berpedoman pada cahaya headlamp dari peserta lain di depan saya.
Kalau dulu saya mendaki Gunung Rinjani pagi hari sampai sore, sambil melihat pemandangan yang indah dan poto2. Sekarang tidak terlihat apapun selain kegelapan malam. Dan saya terus berlari jika jalannya agak datar, dan berjalan saat medannya agak menanjak. Udara dingin tidak terlalu terasa karena bergerak terus, malah sedikit berkeringat.
Kalau dulu saya tiba di Plawangan Sembalun, tempat kami berkemah, saat matahari terbenam. Sekarang saya tiba di Plawangan Sembalun saat matahari beranjak dari peraduannya. Luar biasa dinginnya…badan ini menggigil, dan kedua kaki saya di bagian paha mulai terasa kram. Saya berusaha terus berjalan, tapi tidak lama kemudian kaki saya terkunci karena kram. Saya ambil Counterpain dan mengoleskannya pada kedua paha. Sedikit membantu tapi karena udara yang sangat dingin membuat kram tidak juga membaik. Bingung. Untuk saya teringat kalau ada emergency blanket, segera saya buka dan saya libatkan di kaki seperti memakai sarung. Langsung hangat, dan perlahan kram mulai hilang. Puji Tuhan.
Saya mulai melanjutkan perjalanan menuju Puncak Rinjani sambil bersarungkan emergency blanket. Kram sudah tidak ada. Cahaya matahari pagi mulai merekah, dan cakrawala jingga mulai merona. Dingin sudah mulai mereda. Saat keadaan sudah mulai terang, saya sudah berada di medan berpasir dan berbatuan, dan sudah bisa melihat Puncak Rinjani di kejauhan.
Cobaan belum selesai. Medan berpasir dan berbatuan itu ternyata bergerak. Jadi kalau diinjak kita akan kembali merosot. Jadi gak maju2 alias jalan di tempat. Belum lagi hembusan anginnya luar biasa kencang. Benar2 kesusahan hidup yang dicari sendiri. Tapi sudah terlanjur basah…ya mandi sekalian, begitu kata pepatah. Menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Semangat lagi…dan beruntung membawa trekking pole. Jadi bisa menahan berat tubuh supaya gak merosot lagi. Perlahan mulai mendekati puncak.
Kami sampai di Puncak hampir jam 9, hanya terpaut sekitar 30 menit dari COT puncak. Kami mencatatkan diri ke petugas lomba, dan mendapatkan gelang karet berwarna, untuk menandai bahwa kami telah sampai Puncak Rinjani sebelum COT puncak.
Setelah itu kami harus melakukan ritual yang sangat penting, dan sangat berharga, yaitu…mengabadikan diri kalau kami sudah sampai di Puncak Rinjani, di ketinggian 3.726 mdpl.
Bersama sahabat sependeritaan
Perjalanan Mengambil Medali
Perjuangan belum selesai, dan masih ada satu tugas lagi yang harus dituntaskan, yaitu ambil medali di garis finish. Walaupun belum puas berlama2 dan berpoto2 di Puncak Rinjani, kami harus segera turun, karena waktu kami ke garis finish hanya sekitar 5 jam.
Perjalanan turun dari puncak relatif lebih mudah, karena kami seperti main ski, merosot sendiri karena pasir dan batuan bergerak, kami tinggal menjaga keseimbangan dengan trekking pole supaya tidak tergelincir. Dengan cepat kami sudah tiba kembali di Plawangan Sembalun. Kami istirahat sebentar untuk membersihkan sepatu karena banyak kerikil yang masuk dan melukai kaki, sakit dan perih pastinya.
Perjalanan turun
Waktu kami makin sedikit…sekitar 3-4 jam untuk mencapai garis finish. Keyakinan sedikit memudar, apakah waktunya cukup. Dijalani saja. Kami segera turun dari Plawangan Sembalun, menyusuri 7 bukit penyesalan dan savana. Terik matahari begitu menyengat, kaki sudah begitu lelah, dan kadang jatuh terpeleset. Perjalanan terasa panjang dan tidak ada habisnya…membuat ragu, bisakah sampai di garis finish dan mendapatkan medali.
Saya pernah ikut BTS 100 (Bromo Tengger Semeru), kategori 30K dengan COT 6 jam, dan tidak lulus karena overtime 10 menit, dan gagal mendapat medali. Pengalaman itu sangat membekas dan membuat trauma. Oleh karena itu kali ini saya tidak mau gagal lagi, karena buat saya lebih baik hari ini berdarah-darah, daripada harus mengulang lagi dari awal. Itu yang membuat saya kuat dan terus berlari sampai garis finish.
Akhirnya…saya finish dengan catatan waktu 14:29:52, hanya terpaut 30 menit dari COT.
Dan ini medali penderitaan saya
Satu hal yang sangat menyenangkan buat saya adalah bahwa saya telah mencapai Puncak Rinjani, dan berbonus Medali Rinjani 100. Suatu saat nanti saya berharap bisa kembali ke Puncak Rinjani dengan suasana yang lebih santai dan damai.
Sampai Jumpa di petualangan berikutnya…Sobat Petualang.