Bali …Di Masa Pandemi

Semenjak Pandemi Covid-19 merebak di awal Tahun 2020, hampir dipastikan semua tempat tujuan wisata terkena dampaknya. Tidak luput juga dengan Bali…sebagai jujukan wisata favorit di Indonesia.

Setelah memendam keinginan berlibur dan pergi traveling karena wabah Covid-19, maka pada akhir Mei 2021, saya berkesempatan untuk mengunjungi Pulau Bali. Dengan pertimbangan, angka penyebaran sudah mulai menurun dan vaksinasi sudah mulai dilakukan. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman berlibur di Bali, saat pandemi masih berlangsung. Ya… Bali di masa pandemi!

Kami sekeluarga dari Surabaya menuju Bali dengan mobil. Berangkat subuh dan tiba di Pelabuhan Ketapang siang hari. Sebagai persyaratan untuk menyeberang ke Pulau Bali adalah test rapid, genose atau antigen. Kami memang memutuskan untuk test rapid di Pelabuhan. Oleh karenanya kami diarahkan petugas pelabuhan untuk test rapid lebih dulu. Ada 2 pilihan test rapid, yakni genose atau antigen. Sebenarnya genose jauh lebih murah daripada antigen, tapi karena antrian genose sangat banyak, kami memutuskan untuk antigen.

Setelah hasil test rapid sudah kami dapatkan, kami segera masuk pelabuhan untuk naik ke ferry. Oya…sekarang tiket masuk pelabuhan harus dibeli secara online di http://ferizy.com. Jika tidak terbiasa beli tiket online, di pelabuhan ada jasa penjual tiket ferry online, yang harganya tidak terpaut jauh kalo kita beli sendiri.

Tiba di Pelabuhan Gilimanuk, ada pemeriksaan hasil test rapid, dan distempel oleh petugas. Setelah selesai semua, kami melanjutkan perjalanan menuju Denpasar. Tapi karena sudah waktunya makan siang, kami mampir dulu di Ayam Betutu Men Tempeh, rumah makan yang menyediakan masakan khas Bali.

Nasi Ayam Betutu – Men Tempeh

Setiba di Denpasar sudah sore, kami langsung masuk hotel di daerah Legian, Astagina Resort Villa dan Spa. Ketika sampai hotel, keadaan sangat sepi, hanya ada 1 orang receptionis yang melayani reservasi kami. Petugas itu bercerita kalau pengunjung sangat sedikit sehingga beberapa karyawan terpaksa dirumahkan. Dan kami langsung disodorkan menu untuk makan pagi besok. Tidak ada buffet breakfast.

Hotel Astagina adalah hotel bintang 4. Dan melihat fasilitas yang tersedia di sini, semua sangat tertata rapi. Kolam renang yang bersih dan taman yang indah.

Air Terjun Kanto Lampo

Esok harinya kami langsung check out hotel karena kami pindah hotel. Tujuan wisata yang kami kunjungi adalah Air Terjun Kanto Lampo. Air terjun ini terletak di Desa Banjar Kelod Kangin, Desa Beng, Kec. Gianyar. Berjarak sekitar 30 km dari Denpasar, dan sekitar 1 km dari pusat Kota Gianyar. Sehingga aksesnya tidak terlalu sulit.

Air Terjun Kanto Lampo merupakan air terjun berundak yang mengalirkan air dari ketinggian sekitar 15 meter. Karena berundak inilah mengakibatkan air yang dijatuhkan tidak terlalu menimbulkan arus yang deras.

Di masa pandemi yang berkepanjangan ini, wisata ke air terjun ini sempat ditutup, dan baru sekitar 4 bulan terakhir dibuka kembali. Dan inipun masih sepi pengunjung. Hal ini diperkuat pengakuan dari pemilik warung di dekat pintu masuk, yang katanya kadang dalam sehari tidak ada wisatawan yang berkunjung ke sini.

Untuk yang sudah rindu berinteraksi dengan alam, air terjun ini cukup indah untuk mengurangi rasa itu.

Untuk malam kedua kami menginap di Aveda Boutique Hotel di Daerah Seminyak. Hotel bintang 4 ini relatif lebih ramai pengunjung. Sedangkan untuk makan paginya, tersedia pilihan pilihan nasi goreng, mie goreng, bihun goreng, dan western toasted. Minumnya juice dan kopi, ditambah sepiring kecil buah. Tidak ada buffet breakfast seperti biasanya.

Sacred Monkey Forest

Hari kedua kami mengunjungi Sacred Monkey Forest Sanctuary, atau Mandala Wisata Wenara Wana. Obyek wisata ini berlokasi di Desa Padang Tegal, Ubud, Gianyar. Berupa kawasan hutan lindung yang asri dengan luas sekitar 12,5 hektar, dengan 186 jenis tumbuhan, dan dihuni ratusan kera abu2 berekor panjang. Di dalam area hutan lindung terdapat 3 pura Hindu yang sakral. Pura yang paling besar bernama Pura Dalem Agung Padangtegal.

Kera2 yang ada di kawasan hutan lindung ini sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia. Oleh karenanya ada beberapa aturan yang harus ditaati saat berada di kawasan ini. Antara lain larangan untuk memberi makanan kepada kera. Berjalanlah di jalan setapak yang sudah disediakan. Simpanlah kacamata dan perhiasan anda dalam tas untuk menghindari kemungkinan diambil oleh kera2 tersebut.

Berjalanlah secara berkelompok, untuk menghindari adanya kera yang tiba2 naik ke pundak kita dan sulit untuk diturunkan.

Nah…kalau sudah seperti ini sangat mengkhawatirkan. Kera ini gak mau turun, dipaksa turun malah menggigit kepala. Untunglah akhirnya mau turun juga setelah kepala kita dekatkan ke pagar pembatas. Jadi berhati2lah yah.

Walaupun ada juga kera yang memang sudah terbiasa untuk diajak berpoto selfi, dipandu oleh petugas di dalam hutan lindung ini.

Kita bisa minta bantuan petugas di sana untuk mendapatkan poto seperti ini.

Menurut saya sangat menyenangkan sih untuk mengunjungi kawasan wisata ini, karena banyak spot2 poto yang bagus. Tetapi harus tetap waspada.

Hari ketiga kami pindah hotel lagi di Ayodya Hotel, di daerah Nusa Dua. Hotel bintang lima dengan private beach ini terkesan sepi pada saat kami datang. Menurut receptionist, dari ratusan kamar yang tersedia hanya 40 an kamar saja yang terisi.

Walaupun sepi pengunjung, hotel ini memang terkesan mewah, bersih, dan nyaman. Makan paginya pun tetap buffet breakfast. Dan beruntungnya kami, karena sepi pengunjung, kamar kami di-upgrade, dari deluxe ke palace, dan yang palace ke suite room. Wooow…

Sebenarnya kami ingin menikmati hotel saja hari ini, tapi karena cuaca mendung, dan sunrise tidak terlihat, kami memutuskan untuk pergi ke Pantai Nyang Nyang.

Pantai Nyang Nyang

Sudah seringkali ke Bali, tapi baru sekali ini saya mengunjuni pantai ini. Namanya pun masih terdengar asing di telinga. Lokasinya berada di ujung selatan Bali, tepat sebelum Pura Uluwatu. Karena letaknya yang tersembunyi, saya rasa jarang turis yang megunjungi pantai ini. Apalagi di masa pandemi ini.

Papan petunjuknya kecil saja, dan akan terlewat jika kurang teliti. Akses menuju pantainya sih relatif mudah. Jalan menurun berjarak sekitar 300 meter dari tempat parkir mobil. Tersedia ojek motor bagi yang tidak mau bersusah payah menuju pantai.

Sesampai di pantai…memang sepi dan hanya sedikit pengunjung. Yang unik dari pantai ini adalah adanya live music. Jadi kita bisa bermain dan berpoto di pantai sambil mendengarkan musik. Menurut saya pantai ini lumayan bagus dan unik. Asik juga untuk bermain dan berpoto2 di pantai ini.

Walaupun lokasinya tidak tepat pada saat matahari terbenam karena tertutup bukit, tapi cukup mengasyikan untuk melewatkan senja di pantai ini. Warna keemasan khas matahari terbenam dapat dinikmati di pantai ini.

Untuk hari terakhir di Bali…kami tidak pergi kemana2. Kami hanya menikmati matahari terbit di pantai belakang hotel. Dan pagi itu sunrise benar2 memukau. Sangat menakjubkan mengikuti proses matahari terbit.

Kuliner Bali

Berbeda dengan tempat2 wisata yang relatif sepi pengunjung, tempat2 kuliner Bali di masa pandemi ini relatif ramai. Dan ini tempat2 kuliner yang sempat kami kunjungi.

Warung Liku…nasi campur khas Bali, terletak di Jalan Nakula No,19A, seminyak, Kuta

Wahaha Pork Ribs…tempat makan yang menyajikan menu sate babi, pork ribs, sandwich, spaghetti, dan menu lainnya. Terletak di Jalan Sunset Road No.1689, Seminyak Kuta.

Warung Nasi Ayam Bu Oki…warung nasi bali halal. Terletak di Jl. Siligita, Jalan Raya Nusa Dua Selatan No.27, Benoa, Kec.Kuta Selatan.

Warung Wardani…warung nasi campur bali. Warung Wardani punya banyak cabang di Bali. Kami mengunjungi yang terletak di Jl. Waringin No.4 Tuban, Kuta.

Sate Babi Bawah Pohon…walaupun sudah pindah dan tidak di bawah pohon lagi, sate ini tetap terkenal dengan nama tersebut. Terletak di Jl. Dewi Sri IV Campuhan I No.1, Legian, Kuta.

Gusto Gelato & Caffe…belum lengkap rasanya kalau ke Bali belum minum es krim Gelato. Terletak di Jl. Mertanadi No. 46B, Seminyak, Kuta Utara.

Dan terakhir sebelum kembali ke tempat asal…kita bisa mampir ke Krisna Bali. Pusat Oleh2 terbesar di Bali. Menjual berbagai macam barang, mulai souvenir, makanan, baju, fashion, hingga kerajinan tangan. Tempatnya nyaman, besar, dan bersih. Kita tidak perlu tawar menawar kalau berbelanja di sini. Ada 3 lokasi, yaitu di Jl. Raya Tuban, Jl. Sunset Road, dan Jl. Nusa Kambangan.

Bali di masa pandemi…sangat terasa perbedaannya. Jalan2 yang biasanya ramai wisatawan lalu lalang terlihat lenggang. Dan banyak toko2 di sekitarnya terlihat tutup. Semoga pandemi segera berakhir…dan wisata kita kembali bangkit.

Tempat wisata sudah, tempat makan sudah, tempat oleh2 sudah…saatnya pulang, kembali ke Surabaya, dan kembali kerja…kerja…dan kerja…

Salam pergi2terus…

One Reply to “Bali …Di Masa Pandemi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *